Direktur Utama Petrokimia Gresik Dwi Satriyo Annurogo saat meninjau gudang pupuk di Kabupaten Nganjuk. (Telisik Hati)
GRESIK, (Bumi Nusantara News) – Petrokimia Gresik, perusahaan solusi agroindustri anggota holding Pupuk Indonesia menggelar panen bawang merah pada lahan Program Agro Solution seluas 87 hektar dengan peningkatan produktivitas mencapai 20 persen, di Desa Mojorembun, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Kamis (19/8).
Direktur Utama Petrokimia Gresik Dwi Satriyo Annurogo menyatakan bahwa di masa pandemi Covid-19, peran sektor pertanian menjadi semakin penting dan strategis, sehingga kegiatan produksi pertanian harus semakin digenjot, terutama di daerah-daerah yang menjadi sentra pertanian.
“Salah satunya di Kabupaten Nganjuk, sebagai penghasil utama bawang merah di provinsi Jawa Timur,” ujar Dwi Satriyo.
Adapun rekomendasi pemupukan berimbang dalam program ini seluruhnya menggunakan pupuk non subsidi yaitu 650 kilogram/Ha pupuk NPK Phonska Plus, 200 kg/Ha pupuk ZA, 200 kg/Ha pupuk NPK Petro Nitrat, 400 kg/Ha pupuk NPK Petro Ningrat, serta pupuk organik Petroganik sebanyak 2 ton/Ha.
Formula ini terbukti mampu meningkatkan hasil panen bawang merah sebesar 20 persen, dari rata-rata 14 ton/Ha menjadi rata-rata 16,8 ton/Ha.
“Selain membantu pemerintah mengamankan stok bawang merah nasional, peningkatan produktivitas juga diharapkan dapat mendongkrak kesejahteraan petani setempat,” imbuh Dwi Satriyo.
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Nganjuk, Marhaen Djumadi berharap kehadiran Petrokimia Gresik di tengah petani bawang ini benar-benar menjadi solusi pertanian. Sehingga para petani bawang merah Kabupaten Nganjuk sejahtera, yang pada akhirnya juga akan mengangkat perekonomian masyarakat Nganjuk, karena sumbangan pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Nganjuk mencapai 34 persen hingga 36 persen tiap tahunnya.
“Kendala yang sering muncul ketika panen raya bawang merah adalah harga yang anjlok. Untuk itu diperlukan sinergi antarstakeholder untuk mencari solusi, salah satunya dengan Petrokimia Gresik melalui program Agro Solution,” tandasnya.
Tentang Agro Solution
Agro Solution merupakan program inisiasi Pupuk Indonesia yang mengusung konsep kemitraan usaha pertanian terpadu dari hulu hingga hilir. Program ini bertujuan meningkatkan produktivitas usaha tani dan kesejahteraan sekaligus menjaga ketahanan pangan nasional di tengah pandemi Covid-19.
Dalam pelaksanaannya di Kabupaten Nganjuk, Petrokimia Gresik bekerjasama dengan PT Petrosida melalui jaringan kios sarana pertanian PETROMART sebagai pemberi pinjaman modal untuk pembelian pupuk non subsidi serta pestisida untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman bawang merah, serta bekerja sama dengan offtaker sekitar sebagai pembeli hasil panen petani.
Sedangkan, Petrokimia Gresik sendiri berperan sebagai koordinator, serta menyediakan Layanan Mobil Uji Tanah untuk memberikan analisis lahan pertanian, sehingga petani dapat memperoleh rekomendasi pemupukan sesuai dengan kondisi tanah dan kebutuhan tanaman.
“Melalui program ini, kami menciptakan suatu ekosistem yang dapat membantu petani dari hulu hingga hilir, sehingga proses budidaya maupun pemasaran hasil pertanian tidak terhambat. Selain itu kami juga menggandeng pihak asuransi untuk memberikan jaminan serta perbangkan untuk memberikan pendanaan kepada petani atas usaha tani yang dilakukan,” jelas Dwi Satriyo.
Selain di Kabupaten Nganjuk, Petrokimia Gresik juga telah menjalankan program Agro Solution di berbagai daerah, khususnya di Jatim, dengan sasaran komoditas yang beragam seperti padi, tebu, jeruk, dan kentang.
Pada kesempatan ini, Dwi Satriyo juga memperkenalkan beberapa produk pupuk non subsidi yang baru diluncurkan Petrokimia Gresik yaitu pupuk NPS 20-20-13S Petroniphos untuk komoditi hortikultura, pupuk SP-26 dan pupuk NPK Phonska Alam yang diharapkan bisa menjadi alternatif bagi petani untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman agar tidak tergantung kepada pupuk subsidi dari pemerintah.
“Kami berharap ke depan Program Agro Solution dapat terus diaplikasikan bahkan dikembangkan di lebih banyak daerah dan berbagai pilihan produk pupuk non subsidi yang tersedia bisa menjadi solusi pertanian di Indonesia,” pungkas Dwi Satriyo. (Didik Hendri Telisik Hati)