Syaichu Busiri, Anggota Komisi 1 DPRD Kabupaten Gresik. (Telisik Hati)
Gremengan Syaichu Busiri: PUDAK GALERI, PROYEK SALAH KONSEP
Hari ini banyak netizen mengomentari berita tentang mundurnya pedagang di stand Pudak Galeri. Sebagian besar menganggap kerugian pedagang karena uang sewa yang ditanggung pedagang. Padahal menurut saya seandainya uang sewanya gratispun saya belum yakin pedagang akan untung. Kok gitu?
Sejak awal pendirian Pudak Galeri saya sudah pesimis akan berhasil. Bukan karena skeptis tapi konsepnya sangat membingungkan. Sebenarnya siapa konsumen yang disasar proyek ini? Kalau proyek ini berniat menyasar konsumen peziarah makam Maulana Malik Ibrahim tentu dari bentuk bangunan, makanan yg ditawarkan sampai harga yang dipatok pun gak ada yang memenuhi segmen konsumen. Jadi hampir pasti sudah gagal.
Mari kita cermati karakteristik konsumen peziarah. Sebagian besar peziarah dari golongan menengah ke bawah, kemampuan membeli makanan untuk kenyang tak lebih dari 20 ribu bahkan sebagian besar akan lebih memilih harga 10 ribuan meskipun dengan rasa yang standar. Rata-rata mereka butuh yang murah daripada enak tapi mahal. Tentunya hal ini karena uang saku yang terbatas dan sangat mungkin lebih memilih beli souvernir sebagai oleh-oleh.
Yang kedua mereka tergolong konsumen yang punya waktu singkat untuk makan karena harus segera melanjutkan perjalanan. Jadi jualan nasi bungkus atau makanan cepat saji akan lebih dipilih dibanding nunggu sate atau ikan bakar matang. Bakso, pecel, soto akan lebih banyak dibeli dibandingkan dengan masakan yang nunggu proses dalam penyajiannya seperti sea food, sate, rujak, dan lain-lain kecuali jika panitia perjalanannya menjadwalkan waktu yang cukup banyak di kota ini.
Dari 2 karakteristik ini saya lihat Pudak Galeri tidak memenuhi syarat untuk melayani konsumen peziarah.
Tapi tentu saja ini hanya sebuah gremengan (ngomong pada diri sendiri) dan bukan analisa ilmiah. Yang kita tahu proyek ini dikawal kepala dinas yang ahli di bidang ekonomi meskipun belum pernah saya lihat satupun gagasannya yang berhasil. Lihat saja pujasera GKB yang ada di bekas terminal belakang McD, juga rombong-rombong yang berjejer di depan pendopo dan sekitarnya. Lebih dari 40 rombong di awal pembukaan kini hanya tinggal kurang dari 10 dengan napas kembang kempis. Lagi-lagi ini karena salah konsep.
Semoga ke depan pemerintah daerah lebih bisa menata PKL dan UMKM dengan lebih cerdas dan tepat sejak konsep hingga pelaksanaannya. Mari kita sambut kehadiran Gresik Baru, kita dukung sama-sama agar tak lagi ada kegagalan dalam setiap proyeknya. (Syaichu Busiri/ Telisik Hati)
*Anggota Komisi I DPRD Gresik Bidang Hukum dan Pemerintahan