PRIHATIN NASIB PETERNAK: Srikandi DPRD Gresik, Wakil Ketua Dewan Nur Saidah saat meninjau peternakan ayam petelur. (Telisik Hati)
BUMINUSANTARANEWS.COM – Wakil Ketua DPRD Gresik Nur Saidah menyatakan keprihatinannya terkait anjloknya harga telur di pasaran. Kondisi tersebut membuat peternak kelimpungan. Terlebih, harga produksi pakan dan pemeliharaan tak sebanding dengan hasil penjualan telurnya.
“Kasihan peternak. Harga telur berada di titik terendah. Pemerintah harus ambil kebijakan dalam rangka penyelamatan peternak,” cetus Hj. Nur Saidah yang juga Ketua Perempuan Indonesia Raya(PIRA) Kabupaten Gresik ini, Kamis (30/9/2021).
Lebih lanjut politikus perempuan dari Partai Gerindra ini menandaskan, kasihan peternak yang tiap hari harus memberi pakan ayam, sementara harga jual rendah, sedangkan harga pakan mahal. Belum lagi biaya vitamin dan operasional juga mahal. Menurutnya, daya beli masyarakat menurun berimbas pada usaha peternakan.Termasuk Usaha Kecil Menengah (UKM) lainnya juga sepi.
Disinggung terkait solusi bagi peternak, Bendahara Umum Gerindra yang getol memperjuangkan nasib ‘wong cilik’ ini mengatakan, solusi pertama, harus ada campur tangan pemerintah dengan turut membeli telur dari peternak dan selanjutnya dijual kembali ke masyarakat dengan harga subsidi.
“Dan yang kedua, untuk sementara para peternak bisa beralih jenis usaha, dari ayam petelur menjadi ayam yang dagingnya bisa dijual dan dikonsumsi langsung,” tandasnya serius.
Terpisah, Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Kadisperindag) Kabupaten Gresik Agus Budiono saat dikonfirmasi membenarkan bahwa harga telur turun dipasaran.
“Untuk menyelamatkan peternak ayam telur, pemerintah pusat harus memberikan subsidi pakan kepada peternak ayam, sehingga harga produksi tidak naik. Terkait Subsidi pakan, itu kewenangan pemerintah pusat,” jelasnya.
Sementara Eko Aninditto Putro, Kadis Pertanian Kabupaten Gresik menjelaskan, kondisi terberat sebenarnya di harga jagung sama harga pakan pabrikan. Harga jagung mencapai Rp 6000 dari harga standar Rp 4000 s/d Rp 4500. Sedangkan pakan pabrikan naik 10 s/d 12 kali selama pandemi. Dari harga konsentrat 370 ribuan menjadi 450 ribuan. Sementara kemampuan masyarakat membeli telur di kisaran harga 17-19 ribu per kg.
“Kami hanya bisa memberikan saran agar pemerintah menstabilkan harga pakan dan jagung. Caranya, semisal subsidi harga jagung dan meminta pabrikan menurunkan harga pakan,” terangnya. (Didik Hendri Telisik Hati)