KIAI MULTITALENTA: KH. Farid Dhofir, Lc, M.Si, Pengasuh Pondok Pesantren Refah Islami. (Telisik Hati)
BUMINUSANTARANEWS.COM – Menjadi penerjemah/pengalih bahasa membutuhkan dua kemampuan sekaligus; kemampuan untuk memahami secara cepat dan kemampuan untuk membuat narasi secara tepat. Apalagi jika yang diterjemahkan adalah pidato langsung. Kalau yang diterjemahkan adalah teks tertulis, maka ada cukup waktu untuk berpikir dan menarik nafas, tapi kalo menerjemahkan ceramah, ya sudah pasti dibutuhkan kecepatan.
Menjadi penerjemah itu adalah gabungan antara keilmuan dan seni. Dan keduanya butuh diasah dan dilatih dari waktu ke waktu.
Pengalaman saya selama menjadi penerjemah pidato bahasa Arab ke bahasa Indonesia di beberapa daerah dan beberapa negara perlu saya wariskan kepada para santri yang memiliki kemampuan dan kemauan untuk itu. Semoga mereka menjadi manusia-manusia yang mampu memahamkan orang lain terhadap agama Allah SWT.
Uniknya, menjadi penerjemah itu tidak sekedar mencermati bahasa pembicara, tapi sering kita terbawa untuk menirukan gaya, mimik, intonasi, bahkan arah pandang wajah pembicara.
Yang berminat, silahkan bergabung bersama Pondok Pesantren Refah Islami. (*)