Penulis📰✍️ Irfan Akbar/Telisik Hati
BN News – Festival Film Santri bekerja sama dengan Air Mineral Santri dan Toko Basmalah menggelar rangkaian program workshop di lima pondok pesantren di Jawa Timur sampai satu bulan ke depan. Workshop Pengarsipan dan Produksi Film diawali dari Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan pada 22-24 Agustus 2024, yang kemudian secara berurutan dilaksanakan di Pondok Pesantren
Syaikhona Kholil Bangkalan (30 Agustus-1 September), An Nur Malang (6-8 September), Lirboyo Kediri (12-14 September), dan Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo (20-22 September).
Festival Film Santri adalah festival film di Indonesia yang fokus pada perkembangan sinema dan dunia Islam. Festival Film yang akan diselenggarakan pada 2025 ini memulai langkah awal dengan mengaktivasi program-program seperti: Workshop Pengarsipan dan Produksi Film, Workshop Kritik dan Kuratorial film, Misbar Santri, dan Santri Keliling.
“Aktivasi program merupakan langkah paling awal untuk memperkenalkan kepada santri, secara khusus, dan publik, secara umum, bahwa sebuah festival film digagas bukan hanya untuk perayaan semata tetapi juga sebagai sarana belajar melalui praktik kebudayaan dan pengetahuan yang dilakukan secara kolaboratif, eksperimentatif, dan simulatif,” ujar Agoes Sam, Direktur Festival Film Santri, Selasa (27/8/2024).
Senada dengan itu, Mas Dwy Sadoellah, Majelis Keluarga PP Sidogiri, menyatakan program workshop Festival Film Santri yang diawali dari PP Sidogiri kemudian berlanjut ke pesantren lainnya sebenarnya adalah bentuk lain dari silaturahmi yang menawarkan hangatnya persaudaraan yang dirajut dari khazanah pengetahuan dan ekspresi keislaman yang telah lama ada di Indonesia.
Workshop Pengarsipan dan Produksi Film dengan tajuk Menggali Arsip, Menimba Pengetahuan ini merupakan praktik retrospektif atas peran pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua dan akar kebudayaan Islam di Indonesia. Khazanah pengetahuan pesantren dapat ditelisik melalui
ketokohan serta berbagai arsip berharga seperti manuskrip kuno, kitab-kitab kanon dan klasik Islam, catatan sejarah, surat-surat, memorabilia, arsitektur, kesaksian, dan lainnya.
Praktik retrospektif yang dituangkan melalui workshop pengarsipan dan produksi film
diharapkan mampu membuka wawasan akan pentingnya kerja-kerja pengarsipan, riset dan
kajian yang mendalam, serta kemungkinan alih wahana arsip-arsip pesantren ke dalam
medium baru.
“Film adalah salah satu medium yang efektif untuk praktik pengarsipan. Sebagai medium yang peka terhadap perkembangan teknologi dan kemudahannya diakses oleh publik, film menjadi jembatan yang membantu memahami sifat dialektis arsip yang berada di antara ‘masa lalu’ dan ‘masa sekarang’, serta bagaimana posisi kita ketika terhubung dengan dua masa itu,” pungkas Yogi Ishabib, Direktur Program Festival Film Santri. (Irfan Akbar/Telisik Hati)