Mengare Gresik, BN News – “Kuraut dan kutimbang dengan benang, Kujadikan layang-layang”. Penggalan lirik yang menggambarkan proses sebelum anak-anak memandangi birunya langit yang dihiasi layang-layangnya. Musim layangan kembali eksis bebarengan dengan liburan sekolah.
Kini, musim layangan bukan hanya dinanti oleh anak-anak, namun kalangan dewasa juga menantikan hal tersebut. Entah untuk mengisi waktu luang atau hanya sekedar bernostalgia dengan masa kecilnya.
Layang-layang yang biasanya dimainkan di lahan kosong ternyata juga mampu menjadi lahan rejeki, terutama bagi penjual benang gelasan. Mulainya musim layangan membuat permintaan benang gelasan meningkat. Salah satunya terjadi pada Faiz (25), warga Desa Watuagung Bungah Gresik yang berhasil meraup omzet 110 juta dalam sebulan.
Penjualan benang gelasan tersebut dilakukan di rumahnya, tepatnya RT 5 RW 2 Desa Watuagung Bungah Gresik. Tidak puas dengan itu, sang owner pun melebarkan pasarnya dengan memanfaatkan Tiktok Live dalam berjualan. Dengan nama akun “Zona Gelasan”, mampu menciptakan jangkauan pasar yang sangat luas mulai dari Aceh hingga Papua.
Benang yang kuat dan tidak mudah putus adalah kualitas yang ditawarkan oleh Zona Gelasan. Kualitas seperti itu adalah hal utama yang dicari oleh pelanggan demi mendukung performa benang ketika beradu dengan layang-layang lain atau biasa disebut dengan “sambitan”. Karena saat ini, layang-layang bukan untuk sekedar diterbangkan, namun juga dilombakan untuk mencari layang-layang yang bertahan sampai akhir.
Banyaknya pesaing dalam pasar benang gelasan, membuat Faiz termotivasi untuk meningkatkan kualitas benangnya dan selalu berinovasi dalam pemasarannya. Karena sesuai dengan filosofi Lomba Layang-layang, Siapa yang berhasil bertahan di atas paling akhir maka ialah pemenangnya. (Afiq Dhiyaur/Telisik Hati)